Senin, 12 Mei 2008

Cerpen asyik boook.....!?

Cerpen Asyik boook………

Ini syair penghantar karya
Baru pertama kali dicobakan

Jika tuan tidak berkenan

Hamba mohon tuan maafkan

Bukan hamba menyimpang zaturan
Bukan pula berunjuk kebolehan

Hamba hanyalah mengajak tuan

Mengintip cerita keremajaan

Hamba coba membantu tuan
Tuk meraih masa depan

Melalui karya hamba sajikan

Sudilah tuan tuk m’baca

TAK SADAR

Seketika suara kelas yang gaduh menjadi sepi dan tegang setelah datangnya Pak Jiono dengan membawa soal- soal ulangan.

“Cepat keluarkan lembar jawaban ! Hari ini diadakan ulangan.” Dengan nada serius Pak Jiono menyampaikan pada anak- anak.

Sebelum ulangan dimulai, aku minta tanda tangan Pak Jiono untuk mengisi Jurnal Kelas. Seketika mata ku melongok, ketika aku melihat resleting celana Pak Jiono terbuka. Dengan menahan tawa, ku coba bertanya kepada beliau, “maaf kalau boleh tahu, bapak tadi buru- buru ya…Pak ?? sampai lupa ngunci pintu.” Dengan nada canda aku coba menyindirnya.

“Ah… Za kamu tahu aja kalau bapak buru- buru. Tapi udah aku kunci semua mulai dari pintu rumah sampai pintu mobil pun udah aku kunci rapat.” Jawab Pak Jiono dengan senyum mewarnainya.

Dengan jawaban tersebut, aku kembali ke tempat duduk sambil menahan geli dan menceritakan semua apa yang telah terjadi pada diri Pak Jiono kepada semua teman- teman. Seketika suasana kelas menjadi gaduh.

“diam… diamm… diaamm…!!!” Bentak Pak Jiono dengan muka sinis kepada teman- teman.

“Ayo kita mulai ulangan dan masukkan semua buku- buku.” Bentak Pak Jiono dengan nada serius.

Rina teman sebangku ku menegur Pak Jiono yang masih tidak tahu kalau celananya terbuka.

“Pak tolong jendelanya ditutup donk, biar ngak dingin !!” Sindir Rina yang membuat teman- teman tertawa.

Tapi jawaban Pak Jiono malah menyesakkan dada. “Biar anak- anak, jendelanya sengaja aku buka, biar udara bisa keluar- masuk, sehingga kita tidak merasa gerah dalam proses belajar gitu…!!” Dengan nada keras teman- teman menyorakinya.

“Sudah… sudah… waktunya ulangan.” Suara lantang Pak Jiono membuat siswa terdiam seketika.

Rico memberanikan diri untuk memohon agar pintu celananya ditutup. Tapi, Pak Jiono malah menyuruh ku untuk menutup pintu kelas.

Dengan suara yang lantang Pak Jiono berkata “Za… tolong pintu kelasnya ditutup!” Sambil mengarahkan tangannya ke pintu.

Aku pun tak berani untuk menolak, terpaksa aku menutup pintu dengan menahan geli.

“Eh… kenapa kamu Za…?? Cengar- cengir.” Bentak Pak Jiono kepada ku.

Tiba- tiba guru BP datang untuk mengisi daftar hadir siswa.

“Kenapa anak- anak, kok pada senyam- senyum ?”tanya Guru BP kepada teman- teman.

Kemudian aku bilang dengan bisik- bisik kepada Guru BP apa yang telah terjadi pada diri Pak Jiono.

“Pak, mohon jendelanya ditutup, kasihan anak- anak sangat terganggu.” Dengan nada serius Ibu Guru BP tersebut meyakinkannya.

Tapi Pak Jiono malah salah paham. “Ibu ini gimana ceh ?? jendela ini memang sengaja saya buka, biar anak- anak dalam proses belajar tidak merasa gerah.”

Seketika wajah Guru BP tersebut memerah karena malu dan menahan tawa dengan meninggalkan kelas.

Entah kenapa kemudian Satpam datang dan kemudian berbisik “Pak resleting celananya terbuka.”

Kemudian Pak Jiono menghadap ke papan tulis dengan posisi berdiri sambil menutup resleting yang belum tertutup. Kemudian Pak Jiono meninggalkan pesan untuk anak- anak.

“Anak- anak ulangan ditunda besok.”

Dengan buru- buru Pak Jiono meninggalkan kelas. Sorak anak- anak yang senang karena tidak jadi ulangan.

Aku yang lagi asyik m’baca Novel untuk mengisi waktu luang, tiba- tiba dikagetkan dengan suara dering Hp.

“Siang Za… n’tar pulang schl tak jemput yo…”. Kata Tian mengajak aku.

“Aku pingin ngajak kamu jalan- jalan dan aku pingin ngomong sesuatu ma kamu”.

Dengan senang hati aku menerima tawaran Tian yang mau menjemput aku dan ngajak aku jalan- jalan.

Waktu pulang sekolah, Tian udah nunggu di depan pintu gerbang. Maklumlah aku dan Tian kan beda sekolah.

“Za…! STANZA…”. Dengan suara lantang Tian memanggilku.

Aku pun berjalan mendekatinya dan tanpa basa- basi aku dan Tian pun pergi jalan- jalan setelah sampai di rumah makan, aku dan Tian saling bercanda

“Za ! kamu tahu nggak?? Kenapa aku ngajak kamu ke sini?”. Suara Tian yang berubah jadi serius.

“Ya… tahulah, kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu pingin ngajak aku jalan- jalan. Ya… kan ??”. Senyum manis ku menghiasi.

“Duch… Stanza, serius dikit donk”.

“Ya udah” dengan nada bercanda aku tersenyum sambil melirik Tian.

Dengan serius Tian bercerita kepada ku. “Za… kamu tahu nggak? Orang yang aku sayang nggak pernah balas cinta aku. Padahal aku udah berusaha untuk jadi yang terbaik ma dia. Tapi kenapa dia nggak ngerti- ngerti dan dia tu cuek banget ma aku pa dia nggak sayang ma aku, atau dia cuman nganggap aku sebagai teman ja…?? Aku kehilangan cara untuk ngedapatin dia. Aku hanya bisa berharap, suatu saat dia akan membalas cinta aku yang sempat tak terbalas, dan mau nerima aku sebagai kekasihnya”.

“Pokok’e dia tu cuek banget wes…!! Suara Tian yang semakin serius.

“Tian, kamu itu cowox yang paling wes… paling baik, paling caemm… tanggung jawab, cewek mana ceh… yang nggak terpikat ma kamu ??”.

“Lagian goblok amat ceh … cewek itu nyuwekin kamu, yo secara ‘temanku Tian cowok yang baik dan tidak sombong’ dicuekin gitu aja…”.

“Kasihan kan”. Aku yang masih bercanda dan tertawa terbahak- bahak sambil memberi motivasi.

Senyum Tian yang semakin terasa hangat dan manis.

“Emang gimana ceh? Cewek yang kamu kejar- kejar itu sampai lupa daratan kan masih banyak cewek yang lain”. Aku yang berusaha mencari cewek yang Tian maksud.

“Oo… kamu belum tahu toh ?? ciri- ciri cewek yang aku dambakan itu ?? dia tu cewek sederhana, baik, lugu, perhatian ma aku, pokoknya yahoo… dah”. Nada Tian yang berusaha meyakinkan ku.

“Kalaw boleh tahu siapa ceh… cewek yang kamu maksud tu ?? ciapa tahu aku dapat memberi pengertian ma cewek yang kamu maksud itu”. Aku yang berusaha pingin membantunya.

“Mang dari dulu kamu nggak pernah tahu tah siapa cewek itu, Za…?? ‘n nggak usah wez, lagian dia nggak bakal ngerti.”

“Za… jujur nich… emang daru dulu kamu nggak pernah nyadar tah ? low cewek yang aku maksud tu kamu”. Tian tersenyum sambil melirik aku.

Aku yang masih tercengang mendengar kata- kata Tian. Kemudian tangan aku dipegang seraya Tian meyakinkan ku. Kalau cewek itu adalah aku. Tapi aku masih bingung maksud dari semua itu. Aku Cuma berfikir kalau Tian itu hanya sebagai temanjadi nggak mungkin banget cewek itu adalah aku.

“Kamu tahu nggak kenapa aku selalu baik ma kamu, aku selalu perhatian ma kamu ?? karena aku tu sayang ma kamu Za…!”. Suara Tian yang semakin serius.

Aku tercengang mendengar kata- kata Tian. Aku nggak nyangka seorang Tian bisa sayang ma aku, aku pikir dia Cuma nganggep aku sebagai teman, nggak lebih. Emang aku seneng banget ceh ngedengar ucapan- ucapannya. Soalnya aku juga sayang ma dia tapi aku selalu berusaha nganggap dia teman doank…

“Tian aku nggak nyangka banget ternyata cewek itu aku, dan aku juga nggak tahu kenapa kamu milih aku, tapi kamu juga harus tahu kenapa aku bersikap kayak gitu, aku emang sayang ma kamu, tapi aku cuma nganggap kamu sebagai teman ja, nggak lebih dari itu”. Aku berubah jadi serius.

“Tian asal kamu tahu, kamu tu cakep, kamu pasti bisa mendapatkan cewek yang lebih baik dari pada aku. Dan asal kamu ingat, aku nggak mau kalau pada akhirnya kita saling menyakiti”. Aku berusaha mengingatkan kepada Tian agar dia tidak salah pilih.

“Za… Stanza… apa bercinta itu hanya saling menyakiti, nggakkan ??” Tian berusaha meyakinkan ku.

“Jadi aku ditolak Za… ?” Tian yang merasa kecewa.

“Cory banget yo Tian, aku… aku…” jawabanku yang membuat Tian penasaran.

“Yo gini Tian…!! Aku… aku… nggak bisa kalau aku nggak nerima cinta kamu. Sebagai pendamping dan penyemangat aku…”

Dengan hati yang lega dan senang Tian langsung memeluk aku, sebagai awal kita jadian.

Karya: Dewi Anggraini, X.2

“ Dikutip Dari Pengalaman Pribadi ”

Tidak ada komentar: